BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Tanah
merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang,
papan, tambang, dan tempat dilaksanakannya berbagai aktivitas. Di dunia
pertanian, tanah adalah sumberdaya yang fundamental bagi tanaman. Bukan hanya
sebagai tempat berdiri tegaknya tanaman namun tanah pula menyediakan kebutuhan
nutrisi dalam bentuk unsur hara agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
Seiring
berjalannya waktu, kualitas tanah dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Ketika
kualitas tanah menurun maka akan berbanding lurus dengan produktivitas lahan
pertanian. Meskipun pada dasarnya tanah dapat diperbaharui, namun mudah
mengalami kerusakan atau degradasi. Degradasi tanah terjadi akibat beberapa hal
yaitu kehilangan unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran, terkumpulnya
garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi yang menjadi
penyumbang terbesar dalam degradasi tanah.
Di
daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia rentan terjadi erosi. Hal
ini disebabkan oleh curah hujan yang lebih dari 1500 mm per tahun dan jenis
tanah yang menempati areal terluas wilayah Indonesia yaitu tanah Podsolik Merah
Kuning diikuti tanah Latosol dimana tanah tersebut memiliki sifat fisik dan
sifat kimia tanah yang peka terhadap bahaya erosi.
Berdasarkan
uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat judul Erosi sebagai Bentuk Degradasi Lahan Pertanian. Oleh sebab itu,
perlu kajian mendalam mengenai erosi guna mendapatkan solusi yang tepat dan
berkelanjutan agar lahan produktif tetap tersedia untuk produksi pertanian
dalam memenuhi kebutuhan manusia.
1
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut, penulisan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
mekanisme terjadinya erosi?
2. Apa
saja bentuk-bentuk erosi?
3. Apa
saja faktor yang memengaruhi erosi?
4. Bagaimana
dampak erosi terhadap produktivitas sumberdaya alam?
5. Bagaimana
upaya untuk menanggulangi bahaya erosi?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui mekanisme terjadinya erosi.
2. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk erosi.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya erosi.
4. Untuk
mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan akibat terjadinya erosi di areal
pertanian.
5. Untuk
mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi erosi.
D.
Kegunaan
Penulisan
Kegunaan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi
mahasiswa, diharapkan makalah ini berguna sebagai acuan untuk penelitian atau
pembelajaran sesuai kebutuhannya.
2. Bagi
masyarakat, diharapkan makalah ini berguna agar dapat lebih cermat dalam
mengatasi bahaya erosi.
3. Bagi
penulis, diharapkan dengan adanya makalah ini penulis dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat akan adanya informasi mengenai erosi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
1.
Degradasi Lahan
Ada beberapa pendapat mengenai degradasi
lahan. Beinroth et al (1994) mengatakan, “Degradasi lahan dapat dianggap hilangnya
produktivitas aktual atau potensial atau utilitas sebagai akibat faktor alam
atau antropis, penurunan kualitas tanah atau penurunan produktivitas.”
Eswaran et al (2000) mengatakan, “Faktor degradasi lahan adalah proses biofisik
dan atribut yang menentukan jenis proses degradatif, misalnya erosi,
salinisasi, dan lain-lain
termasuk kualitas tanah yang dipengaruhi oleh sifat intrinsiknya seperti iklim, medan, posisi landscape, klimaks vegetasi, dan
keanekaragaman hayati khususnya keanekaragaman hayati tanah.”
2.
Erosi
Menurut
Frevert et al (1950) berpendapat
Erosi
tanah sebagai proses hilangnya lapisan tanah yang jauh lebih cepat dari proses
kehilangan tanah pada peristiwa erosi geologi (geological erosion). Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan baik
pada tanah atau pada tanaman penutup tanah tersebut. Berdasarkan bentuk asal
lahan yang terkena kikisan air, erosi dibedakan menjadi dua macam, yaitu erosi
permukaan, adalah erosi parit yang berkembang menjadi erosi selokan (gully erosion).
Faktor-faktor yang
diperhitungkan dalam terjadinya erosi. Baver et al (1972) mengatakan, “Terjadinya erosi tanah
tergantung pada beberapa faktor, yaitu (1) sifat-sifat hujan (2) kemiringan
lereng dari jaringan aliran air (3) tanaman penutup tanah, dan (4) kemampuan
tanah untuk menahan dispersi
dan untuk menghisap
kemudian merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam.”
Baver
tidak menyertakan faktor kegiatan manusia, seperti
pengolahan tanah, pembuatan teras dan lain-lain, sebagai faktor yang turut
menentukan
3
besarnya erosi.
Padahal faktor tersebut cukup penting, yaitu dapat bersifat positif atau
negatif. Bersifat positif berati akan berdampak pada pengurangan erosi yang
lebih besar, sebaliknya bersifat negatif
jika memperbesar laju erosi.
B. Erosi sebagai Bentuk
Degradasi Lahan Pertanian
1.
Mekanisme Terjadinya
Erosi
Erosi
tanah terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari
massa tanah kemudian
tahap pengangkutan oleh media yang dapat
menyebabkan terjadinya erosi seperti aliran air. Pada
kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel,
maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan.
Hujan
merupakan faktor utama penyebab terjadinya erosi, percikan air hujan menjadi
media utama pelepasan partikel tanah. Pada saat butiran air hujan mengenai
permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat terlepas sampai beberapa
centimeter ke udara. Karena gaya gravitasi bumi maka partikel yang terlempar
itu jatuh kembali ke bumi. Pada lahan datar partikel-partikel tanah tersebar
lebih merata ke segala arah, tapi untuk lahan miring terjadi dominasi ke arah
bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah yang terlepas ini akan menyumbat
pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi.
Pada
kondisi dimana intensitas hujan lebih besar dari laju infiltrasi maka akan
terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran
permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut
partikel-partikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya
aliran permukaan itu sendiri. Pada saat aliran permukaan menurun dan tidak
mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah
tersebut akan diendapkan, biasanya
material yang terangkut mengendap di sungai, waduk, irigasi, atau daerah
dataran rendah lainnya.
2.
Bentuk-bentuk Erosi
a.
Erosi Percikan
Erosi percikan adalah terlepasnya
partikel-partikel tanah akibat tekanan butiran air hujan secara langsung.
Terdapat tiga tahap dalam proses erosi percikan yaitu:
1) Terjadinya
penggemburan yang cepat sehingga daya kohesi tanah menurun, hal ini
mengakibatkan laju erosi percikan bertambah.
2) Terjadinya
pemadatan lapisan permukaan tanah akibat pukulan butiran hujan yang memiliki
tekanan terhadap tanah sehingga terbentuk lapisan kerak yang menurunkan
porositas tanah dan menimbulkan aliran air di permukaan.
3) Terjadinya
arus aliran permukaan yang mampu mengangkut sebagian lapisan kerak pada
permukaan tanah.
Pemahaman tentang erosi percikan
dapat dengan mudah dipahami dengan memperhatikan sebutir air hujan yang jatuh
pada permukaan tanah. Pada permukaan tanah yang datar, erosi percikan tidak
menjadi masalah, karena percikan tanah akan tersebar secara acak ke segala arah
dengan jarak yang relatif sama dari titik pusat butir hujan jatuh, tetapi pada
lahan miring, erosi percikan ini akan menjadi masalah, percikan tanah akan
lebih dominan ke arah bawah dan jarak lemparannya juga lebih jauh ke arah bawah. Disamping kemiringan
lahan, hal ini juga dipengaruhi oleh sudut pukulan air hujan.
b.
Erosi Alur
Erosi
alur terbentuk pada jarak tertentu ke arah bawah lereng sebagai akibat terkonsentrasinya
aliran permukaan sehingga membentuk aliran-aliran kecil. Erosi alur terjadi juga
karena pengelupasan yang diikuti dengan partikel-partikel tanah oleh aliran air
larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Hal ini terjadi ketika
air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah. Erosi alur umumnya
dijumpai pada lahan-lahan garapan dan dibedakan dari erosi parit dalam hal
erosi alur dapat di atasi dengan cara pengerjaan/pencangkulan tanah. Kelembapan
tanah yang berlebih pada gilirannya akan menyebabkan tanah longsor dan tanah
akan habis terbawa oleh air. Bersama dengan longsornya tanah, kecepatan air
larian meningkat dan terbentuknya genangan air. Air ini mengangkut sedimen hasil erosi, dan
dari sini menandai awal pembentukan erosi parit.
c. Erosi
Parit
Proses
terjadinya erosi parit sama
dengan erosi alur.
Erosi ini juga membentuk jajaran parit yang lebih dalam, lebar, dan merupakan
tingkat lanjutan dari erosi alur. Proses
pembentukan
parit dimulai dengan pembentukan depresi pada lereng. Laju air yang semakin kuat menyebabkan depresi semakin besar dan beberapa
depresi menyatu membentuk saluran baru. Kedalaman erosi parit ini menjadi
berkurang pada daerah yang terjal.
d.
Erosi Internal
Erosi internal adalah
proses terangkutnya partikel-partikel tanah ke bawah masuk ke dalam celah pori-pori tanah tersebut akibat dari
adanya tekanan air hujan.
Akibat erosi ini tanah menjadi kedap air dan udara. Hal ini menyebabkan
menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dan meningkatkan aliran
permukaan yang kemudian menyebabkan
terjadinya erosi alur
3.
Faktor yang Memengaruhi
Erosi
a.
Iklim
Faktor
iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah
adalah hujan, temperatur dan suhu.
Sejauh ini hujan merupakan faktor yang paling penting. Hujan memainkan peranan dalam erosi tanah
melalui tenaga pelepasan dari pukulan
butir-butir hujan pada
permukaan tanah dan sebagian melalui konstribusinya terhadap aliran.
Karakteristik hujan yang mempunyai pengaruh terhadap erosi tanah
meliputi jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan. Jumlah
hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya
rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya
menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika jumlah dan
intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.
Ketika tetesan hujan menumbuk tanah,
partikel-partikel tanah terpercik. Energi kinetik hujan menyebabkan pelepasan
antar agregat tanah. Energi kinetik hujan menyebabkan pelepasan antar agregat
tanah. Energi kinetik hujan adalah jumlah total tetesan hujan pada intensitas
yang terjadi pada distribusi hujan. Makin tinggi intensitas hujan, makin
tinggi pula energi kinetik yang memukul agregat-agregat tanah.
Sehingga semakin banyak partikel-partikel tanah yang terlepas dari agregatnya.
b.
Tanah
Sifat-sifat tanah yang berpengaruh penting terhadap erosi adalah kepekaan tanah terhadap
erosi yang dikenal sebagai erodibilitas tanah. Semakin besar nilai erodibilitas
suatu tanah maka semakin
peka tanah tersebut terhadap erosi. Erodibilitas tanah terkandung pada dua
karakteristik tanah yaitu stabilitas agregat tanah dan kapasitas
infiltrasi. Stabilitas agregat tanah merupakan daya tahan tanah terhadap daya dispersi air hujan.
Stabilitas agregat tanah dipengaruhi oleh
struktur tanah,
yang biasanya ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah, persentase lempung, debu dan pasir, dan juga persentase
kandungan garam, biasanya Na+ atau Ca2+. Tanah-tanah dengan kandungan lempung
dan kandungan bahan organik yang
tinggi mempunyai agregat yang stabil karena mempunyai ikatan-ikatan yang kuat di antara
koloid-koloidnya.
Tekstur tanah turut menentukan tata air
dalam tanah, yaitu berupa kecepatan
infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah. Terjadi tidaknya aliran
permukaan, tergantung kepada dua sifat yang dipunyai oleh tanah tersebut yaitu kapasitas
infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk meresapkan air, diukur dalam setiap
satuan waktu; dan permeabilitas dari lapisan atas tanah yang berlainan yaitu
kemampuan tanah untuk meluluskan air atau udara ke lapisan bawah profil tanah.
c.
Kemiringan
Kemiringan
lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh
terhadap erosi. Erosi akan meningkat apabila kemiringan lereng semakin
besar. Apabila kemiringan lereng semakin besar maka kecepatan aliran permukaan
meningkat sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin
panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar. Aliran
permukaan lama-kelamaan akan berkurang
sejalan dengan berkurangnya curah hujan. Oleh karena itu kemampuan pengangkutnya akan
menyusut dan pada saat akan habis sama sekali. Pada keadaan demikian ini
terjadilah peristiwa-peristiwa pengendapan partikel tanah yang merupakan fase
terakhir dari proses terjadinya erosi.
d.
Vegetasi
Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan
terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan erosi seperti
hujan, topografi, dan karakteristik tanah. Pengaruh vegetasi dalam memperkecil
daya erosi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Intersepsi butiran
air hujan oleh tajuk tanaman yang menyebabkan energi kinetik air hujan diserap
oleh tanaman dan meminimalkan pengaruh negatif terhadap tanah.
2)
Tanaman penutup dapat
mengurangi kekuatan aliran permukaan sehingga kemampuan aliran permukaan untuk
melepas dan mengangkut partkel tanah akan berkurang.
3)
Perakaran tanaman
meningkatkan stabilitas tanah dengan meningkatkan kekuatan tanah.
4)
Aktivitas biologi
yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan dampak positif pada
porositas tanah.
5)
Tanaman mendorong
transpirasi air, sehingga lapisan tanah atas menjadi kering dan memadatkan
lapisan di bawahnya.
Vegetasi juga
mampu memperbaiki agregasi tanah. Pembentukan agregat tanah dimulai dari
penghancuran bongkah-bongkah tanah oleh perakaran tanaman. Kemudian terpecah
menjadi butir butir sekunder. Sistem perakaran juga menyebabkan agregat menjadi
stabil.
Disamping sistem
perakaran, adanya sisa-sisa tanaman juga sangat membantu pembentukan dan
pemantapan agregat tanah. Dengan adanya agregasi tanah yang baik, maka tanah
akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan. Jumlah dan kemantapan pori-pori
tanah meningkat sehingga kapasitas infiltrasi tanah juga meningkat.
Pengaruh lain
dari vegetasi terhadap erosi tanah adalah meningkatkan kehilangan air tanah.
Tanah yang ditumbuhi tanaman akan cepat kering, sehingga mempunyai kapasitas
infiltrasi yang lebih besar, dengan demikian akan mengurangi volume aliran
permukaan.
Namun demikian,
kadang-kadang tanaman juga dapat memicu terjadinya tanah longsor karena
tambahan beban dari berat pohon, dan meningkatnya infiltrasi yang memungkinkan
lebih banyak air meresap dalam tanah, dan akibatnya menurunkan tegangan
gesernya.
e. Manusia
Kegiatan campur tangan manusia adalah salah satu faktor
yang berperan penting dalam terjadinya erosi tanah. Peranan tersebut dapat bersifat
positif maupun negatif. Berperan positif bilamana tindakan manusia yang dilakukan
dapat menekan besarnya kehilangan tanah dan berperan negatif apabila
tindakan yang dilakukan memperbesar kehilangan tanah. Kegiatan-kegiatan tersebut kebanyakan berkaitan dengan
perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan
penutup tanah akibat pembabatan hutan untuk pemukiman atau lahan pertanian,
perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, dan penggemburan
tanah dengan melakukan pengolahan tanah.
Aktivitas pertanian yang tidak baik adalah salah satu
kontributor utama dalam menyebabkan terjadinya erosi, oleh karena itu para
pelaku di bidang pertanian harus lebih waspada terhadap bahaya erosi karena
jika aktivitas pertanian yang mereka lakukan tidak baik atau tidak menggunakan
prinsip pertanian berkelanjutan dapat memicu terjadinya erosi yang dapat
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
4. Dampak
Erosi Terhadap Lahan Pertanian
a.
Dampak erosi pada
tempat erosi terjadi
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi
berupa kemunduran
sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan
organik serta memburuknya sifat-sifat fisik yang tercermin antara lain pada
menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Selain
itu dampak erosi pada tempat erosi terjadi sebagai berikut:
1)
Kehilangan lapisan atas
tanah.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah paling
banyak terdapat pada lapisan atas atau lapisan olah tanah. Terangkutnya lapisan atas tanah oleh faktor-faktor yang
menyebabkan erosi tentu berakibat buruk bagi kesuburan tanah karena tanah yang
subur adalah tanah yang dapat menyediakan unsur hara sesuai dengan tuntutan
tanaman.
2)
Kemerosotan produktivitas tanah.
Kemerosotan
produktivitas tanah dapat
menyebabkan tanah tidak dapat digunakan untuk produksi tanaman. Hal ini tergantung pada jenis tanaman dan
perubahan sifat tanah berdasarkan kedalaman tanah. Shah (1982) mengelompokan hubungan antara
produktivitas tanah dengan tingkat
erosi sebagai berikut;
a) Kelompok I; yaitu tanah
yang kurang peka terhadap penurunan produktivitas.
Artinya penurunan kualitas sifat fisik dan kimia tanah berdasarkan kedalaman
terjadi secara gradual atau tidak secara drastis.
b) Kelompok II; yaitu tanah
yang peka dalam penurunan produktifitas.
Artinya penurunan kualitas sifat fisik dan kimia berdasarkan kedalaman
terjadi secara agak cepat atau agak drastis.
c) Kelompok III; yaitu tanah
yang sangat peka terhadap penurunan produktifitas. Artinya penurunan kualitas
sifat fisik dan kimia berdasarkan kedalaman tanah terjadi dengan cepat atau drastis.
4) Kerusakan bangunan
konservasi dan bangunan lainnya.
5) Merugikan
petani
penggarap dan/atau pemilik lahan.
Hal ini berkaitan erat
dengan ancaman erosi terhadap sistem usaha tani. Dimana sumberdaya lahan merupakan faktor penting dalam sistem
usaha tani. Jadi, jika lahan mengalami
degradasi lahan dapat merugikan petani penggarap ataupun pemilik lahan sebagai
pelaku dalam sistem usaha tani.
b.
Dampak langsung di luar
tempat kejadian erosi
1)
Pelumpuran atau
sedimentasi
Pelumpuran
atau sedimentasi dapat menyebabkan pendangkalan pada waduk, sungai, saluran
irigasi, muara sungai, pelabuhan, dan badan air lainnya. Dengan meningkatnya
jumlah aliran permukaan dan mendangkalnya sungai akan mengakibatkan
banjir. Selain itu, erosi juga dapat menyebabkan eutrofikasi
yaitu proses perkembangbiakan tumbuhan air
dengan cepat karena memperoleh unsur hara yang berlimpah.
2) Tertimbunnya
lahan pertanian, jalan, dan
rumah atau bangunan lainnya.
3)
Menghilangnya mata air
dan memburuknya kualitas air.
Berkurangnya
infiltrasi air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air
bawah tanah. Sehingga dapat menghilangkan mata air. Selain itu, terangkutnya unsur hara yang dimiliki tanah ke daerah
perairan dapat menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi dapat
menumbuhkan mikroba yang dapat
memperburuk kualitas air sehingga dapat meningkatkan kejadian penyakit yang
berkaitan dengan air (tipus, kolera, malaria,
dan disentri).
4)
Kerusakan ekosistem
perairan
Eutrofikasi dapat menyebabkan tercemarnya daerah perairan yang menyebabkan ikan di perairan tersebut mati
sehigga dapat merusak ekosistem di daerah perairan tersebut.
5) Kehilangan
nyawa oleh banjir dan tertimbun longsor
Salah satu ancaman erosi secara tidak langsung yaitu
kehilangan nyawa oleh banjir dan tertimbun tanah longsor dimana banjir
disebabkan salah satunya oleh proses sedimentasi pada daerah hilir sehingga
waduk atau lainnya karena sedimentasi mengalami pendangkalan sehingga tidak
mampu menampung air hujan sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitar. Begitu juga dengan tanah longsor terjadi
karena adanya erosi dibawah permukaan tanah sehingga terjadi bidang lucur untuk
tanah diatasnya sehingga dapat menimbun masyarakat yang berada didaerah
terjadinya tanah longsor.
5. Upaya
Penanggulangan Erosi
Untuk menanggulangi terjadinya erosi dapat dilakukan
beberapa metode konservasi tanah. Tujuan konservasi tanah adalah untuk
mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan
tanah agar lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah karena erosi
merupakan proses alam yang tidak dapat dihindari sepenuhnya atau nol erosi,
maka yang dapat dilakukan adalah menekan laju erosi.
Secara garis besar metode konservasi tanah dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu:
a.
Metode Agronomis
Metode agronomis adalah metode konservasi tanah yang
memanfaatkan vegetasi untuk membantu mengurangi laju erosi lahan. Konservasi
secara agronomis ini menjalankan fungsinya, melalui:
1)
Pengurangan daya
perusak butiran air hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran air hujan oleh
dedaunan tanaman.
2)
Pengurangan volume
aliran permukaan akibat meningkatnya kapasitas infiltrasi tanah oleh aktifitas
perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.
3)
Peningkatan
kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi, sehingga tanah cepat
haus.
4)
Memperlambat aliran
permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran permukaan oleh keberadaan
batang-batang tanaman.
5)
Pengurangan daya
rusak permukaan sebagai akibat pengurangan volume aliran permukaan, dan
kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan dan kekasaran
permukaan.
Konservasi tanah
secara agronomis dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1)
Pertanaman dalam
strip
Pertanaman
dalam strip adalah cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman ditanam
berselang-seling didalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong
lereng atau garis kontur. Tanaman yang ditanam biasanya tanaman pangan atau
tanaman semusim diselingi dengan strip-strip tanaman penutup tanah yang tumbuh
cepat, dan rapat untuk pupuk hijau.
2)
Penggunaan mulsa
Mulsa
adalah sisa-sisa tanaman. jika sisa-sisa tanaman tersebut ditanam di permukaan
tanah dinamakan pupuk hijau. Sedangkan jika sisa-sisa tanaman tersebut ditumpuk
terlebih dahulu di suatu tampat sehingga mengalami proses humifikasi dinamakan
kompos. Dari segi konservasi tanah, penggunaan mulsa mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu:
a) Memberi pelindung terhadap permukaan tanah dari hantaman
air hujan sehingga mengurangi laju erosi.
b) Mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan.
c) Memelihara temperatur dan kelembaban tanah.
d) Meningkatkan kemantapan struktur tanah.
e) Meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
f) Mengendalikan tanaman pengganggu.
Disamping ditebarkan
dipermukaan tanah, mulsa juga sering ditempatkan dalam jalur dan lajur.
Penempatan mulsa dalam lajur maupun jalur dimaksudkan untuk menjaga kelembaban
tanah, dan dengan kemampuannya menyimpan air hujan, mulsa dalam lajur maupun
jalur juga memberi suplai air bagi tanaman.
3)
Penghutanan kembali
(reboisasi)
Reboisasi
merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan, terutama
jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir.
Secara lebih luas, reboisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan
menghutankan tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi, baik
secara alami maupun oleh manusia.
Tanah yang rusak tersebut dapat berupa hutan gundul, belukar, padang
ilalang, atau tanah terlantar lainnya. Tanaman yang digunakan biasanya tanaman
yang bisa mancegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur, juga diutamakan
tanaman keras yang bernilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil samping
lainnya, misalnya getah, akar dan minyak. Tanaman yang dipilih hendaknya
mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a) Memiliki sistem perakaran yang kuat, dalam, dan luas.
b) Pertumbuhannya cepat, sehingga dapat menutup tanah dengan
singkat.
c) Memiliki nilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil
sampingnya.
d) Dapat memperbaiki kualitas/kesuburan.
b.
Metode Mekanis
Prinsip dasar
konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yang hilang akibat erosi.
Dalam hal ini, konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:
1) Memperlambat
aliran permukaan.
2) Menampung
dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak.
3) Memperbaiki
aerasi tanah.
4) Menyediakan
air bagi tanaman.
Konservasi tanah secara mekanis dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1)
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah adalah setiap manipulasi mekanis terhadap tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat
tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah
sehingga sisa-sisa tanaman terbenam di dalam tanah, dan memberantas gulma.
Manfaat
pengolahan tanah, sampai saat ini masih diragukan. Dari segi konservasi tanah,
pengolahan tanah malah merugikan, karena justru akan memperbesar kemungkinan
timbulnya erosi pada lahan-lahan yang miring, apalagi jika sistem pengolahannya
searah dengan kemiringan lahan atau tegak lurus garis kontur. Tanah yang telah
diolah secara sepintas memang dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena tanah
menjadi gembur. Akan tetapi pengaruh ini hanya sementara, tanah yang gembur
akan lebih mudah dihancurkan oleh butiran air hujan.
Untuk
mendapat hasil pengolahan tanah yang tidak hanya baik bagi pertanian, tapi juga
bagi usaha-usaha konservasi, maka usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Tanah
diolah seperlunya saja.
b) Pengolahan
tanah dilakukan sejajar garis kontur.
c) Merubah
kedalaman pengolahan tanah.
d) Pengolahan
tanah sebaiknya diikuti dengan pemberian mulsa.
2)
Pengolahan tanah menurut
kontur
Pengolahan
tanah dan penanaman menurut garis kontur dapat mengurangi laju erosi sampai
lima puluh persen dibandingkan dengan pengolahan tanah dan penanaman menurut
lereng. Pada pengolahan tanah menurut kontur maka pembajakan dilakukan memotong
lereng atau mengikuti kontur, sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan
alur yang sejajar atau mengikuti garis kontur. Pengolahan menurut kontur akan
lebih efektif jika diikuti dengan penanaman mengikuti kontur juga.
3) Teras
Teras
adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan,
yang berfungsi menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang
stabil dengan kecepatan yang tidak erosive. Dengan demikian memungkinkan
terjadinya penyerapan air dan berkurangnya erosi.
c.
Metode Kimiawi
Struktur tanah merupakan salah satu sifat
tanah yang sangat menentukan kepekaan tanah terhadap ancaman erosi. Oleh karena
itu telah dimulai adanya usaha usaha untuk memperbaiki kemantapan struktur
tanah melalui pemberian preparat-preparat kimia yang secara umum disebut
pemantap tanah. Pada saat itu diperkenalkan krilium sebagai bahan pemantap
tanah pertama oleh perusahaan Amerika Serikat. Krilium adalah senyawa garam
natrium dari polyacrylonitrile yang
terhidrolisa. Bahan pemantap tanah yang baik harus harus mempunyai sifat-sifat
berikut:
1)
Mempunyai sifat adhesif
serta dapat bercampur dengan tanah secara merata.
2)
Dapat meningkatkan
kemampuan tanah dalam menahan air.
3)
Daya tahan sebagai
pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama.
4)
Tidak bersifat racun dan
harganya terjangkau.
Penggunaan
bahan pemantap tanah pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1)
Pemakaian di permukaan
tanah
Pada cara ini larutan atau emulsi
bahan pemantap tanah yang telah diencerkan dengan air (dengan perbandingan
tertentu) disemprotkan langsung ke atas permukaan tanah menggunakan sprayer.
2)
Pemakaian secara dicampur.
Pada cara ini larutan atau emulsi
bahan pemantap tanah yang telah diencerkan dengan air (dengan perbandingan
tertentu) disemprotkan langsung ke atas permukaan tanah menggunakan sprayer,
kemudian tanah diaduk sampai campuran merata sampai kedalaman 0 – 25 cm.
3)
Pemakaian setempat/lobang
Pada cara ini pemakaian bahan pemantap
tanah hanya sebatas pada lobang-lobang (dengan ukuran tertentu) yang disiapkan
untuk ditanami tanaman (biasanya tanaman tahunan) saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa erosi adalah masalah serius dengan
tanah dan air sebagai agen-agen utama erosi yang menimbulkan berbagai dampak
negatif. Kualitas dari tanah dari tahun ke tahun mengalami penurunan, ketika
kualitas tanah menurun akan berbanding lurus dengan produktivitas tanah untuk
kebutuhan pertanian. Jenis tanah yang terdapat di areal Indonesia memiliki
sifat fisika dan kimia yang peka terhadap erosi. Terjadinya erosi tanah
bergantung pada beberapa faktor, yaitu; iklim, tanah kemiringan lereng,
vegetasi, dan aktifitas manusia.
Penyelesaian
masalah erosi hanya dapat diatasi jika komponen utama penanggulangan erosi
dapat saling bersinergi, yaitu pemerintah sebagai pembuat kebijakan/pelindung,
petani sebagai agen utama pertanian, dan penyuluh/ahli pertanian sebagai
pembimbing penyelesaian masalah erosi.
B. Saran
Saran yang kami sampaikan antara
lain:
1. Penggunaan
tanah secara tidak bijaksana mengakibatkan tanah mudah terkikis, oleh sebab itu
kami menyarankan agar peraturan dapat lebih tegas mengatur hal ini.
2. Pencegahan
erosi dapat dilakukan dengan menanam kembali areal yang rusak.
3. Petani-petani
di daratan tinggi perlu mewaspadai kemungkinan erosi terhadap lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin et al. (2015)Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Rizqi Press
Adisoemarto, Soenartono. (1994). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga.
Anonim.(2015) Degradasi Lahan.[Online].Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Degradasi_lahan [12 November
2015].
Bafdal, Nurpilihan
(2011) Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Bandung: FTIP UNPAD
Mochtar, Ikqra. (2012) Ruang Diskusi Lahan dan Bencana.[Online].Tersedia: http://ikqra1978.blogspot.co.id/2012/10/erosi-dan-dampaknya-sebagai-bentuk.html,
[12
November 2015].
Suripin . (2002) Pelestarian
Sumberdaya Tanah Dan Air. Yogyakarta: Andi.
Cover Makalah
Isi Makalah Erosi Sebagai Bentuk Degradasi Lahan Pertanian
Power Point Makalah Erosi Sebagai Bentuk Degradasi Lahan Pertanian
==============================
Langkah - langkah download, mudah kok :
1. Klik gambar download diatas
2. Lalu akan masuk ke adf.ly
3. Tunggu selama 5detik dan klik skip
4. File siap untuk di download
==============================
Sekian yang bisa penulis bagikan, jika ada pertanyaan, kritik dan saran bisa tulis di kolom komentar demi kemajuannya blog ini. Semoga bermanfaat dan jangan lupa share ke teman kalian, salam pertanian dan terima kasih :)
comment 0 comments:
more_vertsentiment_satisfied Emoticon